Rabu, 17 Oktober 2012

peter says denim



PETER SAYS DENIM , dari Bandung "menjajah" Dunia
Sewaktu masih duduk di bangku sekolah menengah atas, Peter Firmansyah terbiasa mengubek-ubek tumpukan baju di pedagang kaki lima. Kini, ia adalah pemilik usaha yang memproduksi busana yang sudah diekspor ke beberapa negara.

Tak butuh waktu relatif lama. Semua itu mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri.

Sejumlah kelompok musik itu seperti Of Mice & Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika Serikat, I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman sudah mengenal produksi Peter. Para personel kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan pujiannya dalam situs Petersaysdenim.

Pada situs-situs internet kelompok musik itu, label Petersaysdenim juga tercantum sebagai sponsor. Petersaysdenim pun bersanding dengan merek-merek kelas dunia yang menjadi sponsor, seperti Gibson, Fender, Peavey, dan Macbeth.

Peter memasang harga jins mulai Rp 385.000, topi mulai Rp 200.000, tas mulai Rp 235.000, dan kaus mulai Rp 200.000. Hasrat Peter terhadap busana bermutu tumbuh saat ia masih SMA. Peter yang lalu menjadi pegawai toko pada tahun 2003 kenal dengan banyak konsumennya dari kalangan berada dan sering kumpul-kumpul. Ia kerap melihat teman-temannya mengenakan busana mahal.

”Saya hanya bisa menahan keinginan punya baju bagus. Mereka juga sering ke kelab, mabuk, dan ngebut pakai mobil, tapi saya tidak ikutan. Lagi pula, duit dari mana,” ujarnya.

Peter melihat, mereka tampak bangga, bahkan sombong dengan baju, celana, dan sepatu yang mereka dipakai. Harga celana jins saja, misalnya, bisa Rp 3 juta. ”Perasaan bangga seperti itulah yang ingin saya munculkan kalau konsumen mengenakan busana produk saya,” ujarnya.

Peter kecil akrab dengan kemiskinan. Sewaktu masih kanak-kanak, perusahaan tempat ayahnya bekerja bangkrut sehingga ayahnya harus bekerja serabutan. Peter pun mengalami masa suram. Orangtuanya harus berutang untuk membeli makanan.

Pernah mereka tak mampu membeli beras sehingga keluarga Peter hanya bergantung pada belas kasihan kerabatnya. ”Waktu itu kondisi ekonomi keluarga sangat sulit. Saya masih duduk di bangku SMP Al Ma’soem, Kabupaten Bandung,” kata Peter.

Sewaktu masih SMA, Peter terbiasa pergi ke kawasan perdagangan pakaian di Cibadak, yang oleh warga Bandung di pelesetkan sebagai Cimol alias Cibadak Mall, Bandung. Di kawasan itu dia berupaya mendapatkan produk bermerek, tetapi murah. Cimol saat ini sudah tidak ada lagi. Dulu terkenal sebagai tempat menjajakan busana yang dijual dalam tumpukan.

Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Widyatama, Bandung. Namun, biaya masuk perguruan tinggi dirasakan sangat berat, hingga Rp 5 juta. Uang itu pemberian kakeknya sebelum wafat. Tetapi, tak sampai sebulan Peter memutuskan keluar karena kekurangan biaya. Ia berselisih dengan orangtuanya—perselisihan yang sempat disesali Peter—karena sudah menghabiskan biaya besar.

Mulai dari nol

Ia benar-benar memulai usahanya dari nol. Pendapatan selama menjadi pegawai toko disisihkan untuk mengumpulkan modal. Di sela-sela pekerjaannya, ia juga mengerjakan pesanan membuat busana. Dalam sebulan, Peter rata-rata membuat 100 potong jaket, sweter, atau kaus. Keuntungan yang diperoleh antara Rp 10.000- Rp 20.000 per potong.

”Gaji saya hanya sekitar Rp 1 juta per bulan, tetapi hasil dari pekerjaan sampingan bisa mencapai Rp 2 juta, he-he-he…,” kata Peter. Penghasilan sampingan itu ia dapatkan selama dua tahun waktu menjadi pegawai toko hingga 2005.

Pengalaman pahit juga pernah dialami Peter. Pada tahun 2008, misalnya, ia pernah ditipu temannya sendiri yang menyanggupi mengerjakan pesanan senilai Rp 14 juta. Pesanannya tak dikerjakan, sementara uang muka Rp 7 juta dibawa kabur. Pada 2007, Peter juga mengerjakan pesanan jins senilai Rp 30 juta, tetapi pemesan menolak membayar dengan alasan jins itu tak sesuai keinginannya.

”Akhirnya saya terpaksa nombok. Jins dijual murah daripada tidak jadi apa-apa. Tetapi, saya berusaha untuk tidak patah semangat,” ujarnya.

Belajar menjahit, memotong, dan membuat desain juga dilakukan sendiri. Sewaktu masih sekolah di SMA Negeri 1 Cicalengka, Kabupaten Bandung, Peter juga sempat belajar menyablon. Ia berprinsip, siapa pun yang tahu cara membuat pakaian bisa dijadikan guru.

”Saya banyak belajar sejak lima tahun lalu saat sering keliling ke toko, pabrik, atau penjahit,” katanya. Ia juga banyak bertanya cara mengirim produk ke luar negeri. Proses ekspor dipelajari sendiri dengan bertanya ke agen-agen pengiriman paket.

Sejak 2007, Peter sudah sanggup membiayai pendidikan tiga adiknya. Seorang di antaranya sudah lulus dari perguruan tinggi dan bekerja. Peter bertekad mendorong dua adiknya yang lain untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana. Ia, bahkan, bisa membelikan mobil untuk orangtuanya dan merenovasi rumah mereka di Jalan Padasuka, Bandung.

”Kerja keras dan doa orangtua, kedua faktor itulah yang mendorong saya bisa sukses. Saya memang ingin membuat senang orangtua,” katanya. Jika dananya sudah mencukupi, ia ingin orangtuanya juga bisa menunaikan ibadah haji.

Meski kuliahnya tak rampung, Peter kini sering mengisi seminar-seminar di kampus. Ia ingin memberikan semangat kepada mereka yang berniat membuka usaha. ”Mau anak kuli, buruh, atau petani, kalau punya keinginan dan bekerja keras, pasti ada jalan seperti saya menjalankan usaha ini,” ujarnya.

Merek Petersaysdenim berasal dari Peter Says Sorry, nama kelompok musik. Posisi Peter dalam kelompok musik itu sebagai vokalis. ”Saya sebenarnya bingung mencari nama. Ya, sudah karena saya menjual produk denim, nama mereknya jadi Petersaysdenim,” ujarnya tertawa.

Peter memanfaatkan fungsi jejaring sosial di internet, seperti Facebook, Twitter, dan surat elektronik untuk promosi dan berkomunikasi dengan pengguna Petersaysdenim. ”Juli nanti saya rencana mau ke Kanada untuk bisnis. Teman-teman musisi di sana mau ketemu,” katanya.

Akan tetapi, ajakan bertemu itu baru dipenuhi jika urusan bisnis selesai. Ajakan itu juga bukan main-main karena Peter diperbolehkan ikut berkeliling tur dengan bus khusus mereka. Personel kelompok musik lainnya menuturkan, jika sempat berkunjung ke Indonesia ia sangat ingin bertemu Peter. Ia melebarkan sayap bisnis untuk memperlihatkan eksistensi Petersaysdenim terhadap konsumen asing.

”Pokoknya, saya mau ’menjajah’ negara-negara lain. Saya ingin tunjukkan bahwa Indonesia, khususnya Bandung, punya produk berkualitas,” ujarnya.

Tak butuh waktu relatif lama. Semua itu mampu dicapai Peter hanya dalam waktu 1,5 tahun sejak ia membuka usahanya pada November 2008. Kini, jins, kaus, dan topi yang menggunakan merek Petersaysdenim, bahkan dikenakan para personel kelompok musik di luar negeri.

Sejumlah kelompok musik itu seperti Of Mice & Man, We Shot The Moon, dan Before Their Eyes, dari Amerika Serikat, I am Committing A Sin, dan Silverstein dari Kanada, serta Not Called Jinx dari Jerman sudah mengenal produksi Peter. Para personel kelompok musik itu bertubi-tubi menyampaikan pujiannya dalam situs Petersaysdenim.

Pada situs-situs internet kelompok musik itu, label Petersaysdenim juga tercantum sebagai sponsor. Petersaysdenim pun bersanding dengan merek-merek kelas dunia yang menjadi sponsor, seperti Gibson, Fender, Peavey, dan Macbeth.

Peter memasang harga jins mulai Rp 385.000, topi mulai Rp 200.000, tas mulai Rp 235.000, dan kaus mulai Rp 200.000. Hasrat Peter terhadap busana bermutu tumbuh saat ia masih SMA. Peter yang lalu menjadi pegawai toko pada tahun 2003 kenal dengan banyak konsumennya dari kalangan berada dan sering kumpul-kumpul. Ia kerap melihat teman-temannya mengenakan busana mahal.

”Saya hanya bisa menahan keinginan punya baju bagus. Mereka juga sering ke kelab, mabuk, dan ngebut pakai mobil, tapi saya tidak ikutan. Lagi pula, duit dari mana,” ujarnya.

Peter melihat, mereka tampak bangga, bahkan sombong dengan baju, celana, dan sepatu yang mereka dipakai. Harga celana jins saja, misalnya, bisa Rp 3 juta. ”Perasaan bangga seperti itulah yang ingin saya munculkan kalau konsumen mengenakan busana produk saya,” ujarnya.

Peter kecil akrab dengan kemiskinan. Sewaktu masih kanak-kanak, perusahaan tempat ayahnya bekerja bangkrut sehingga ayahnya harus bekerja serabutan. Peter pun mengalami masa suram. Orangtuanya harus berutang untuk membeli makanan.

Pernah mereka tak mampu membeli beras sehingga keluarga Peter hanya bergantung pada belas kasihan kerabatnya. ”Waktu itu kondisi ekonomi keluarga sangat sulit. Saya masih duduk di bangku SMP Al Ma’soem, Kabupaten Bandung,” kata Peter.

Sewaktu masih SMA, Peter terbiasa pergi ke kawasan perdagangan pakaian di Cibadak, yang oleh warga Bandung di pelesetkan sebagai Cimol alias Cibadak Mall, Bandung. Di kawasan itu dia berupaya mendapatkan produk bermerek, tetapi murah. Cimol saat ini sudah tidak ada lagi. Dulu terkenal sebagai tempat menjajakan busana yang dijual dalam tumpukan.

Selepas SMA, ia melanjutkan pendidikan ke Universitas Widyatama, Bandung. Namun, biaya masuk perguruan tinggi dirasakan sangat berat, hingga Rp 5 juta. Uang itu pemberian kakeknya sebelum wafat. Tetapi, tak sampai sebulan Peter memutuskan keluar karena kekurangan biaya. Ia berselisih dengan orangtuanya—perselisihan yang sempat disesali Peter—karena sudah menghabiskan biaya besar.

Mulai dari nol

Ia benar-benar memulai usahanya dari nol. Pendapatan selama menjadi pegawai toko disisihkan untuk mengumpulkan modal. Di sela-sela pekerjaannya, ia juga mengerjakan pesanan membuat busana. Dalam sebulan, Peter rata-rata membuat 100 potong jaket, sweter, atau kaus. Keuntungan yang diperoleh antara Rp 10.000- Rp 20.000 per potong.

”Gaji saya hanya sekitar Rp 1 juta per bulan, tetapi hasil dari pekerjaan sampingan bisa mencapai Rp 2 juta, he-he-he…,” kata Peter. Penghasilan sampingan itu ia dapatkan selama dua tahun waktu menjadi pegawai toko hingga 2005.

Pengalaman pahit juga pernah dialami Peter. Pada tahun 2008, misalnya, ia pernah ditipu temannya sendiri yang menyanggupi mengerjakan pesanan senilai Rp 14 juta. Pesanannya tak dikerjakan, sementara uang muka Rp 7 juta dibawa kabur. Pada 2007, Peter juga mengerjakan pesanan jins senilai Rp 30 juta, tetapi pemesan menolak membayar dengan alasan jins itu tak sesuai keinginannya.

”Akhirnya saya terpaksa nombok. Jins dijual murah daripada tidak jadi apa-apa. Tetapi, saya berusaha untuk tidak patah semangat,” ujarnya.

Belajar menjahit, memotong, dan membuat desain juga dilakukan sendiri. Sewaktu masih sekolah di SMA Negeri 1 Cicalengka, Kabupaten Bandung, Peter juga sempat belajar menyablon. Ia berprinsip, siapa pun yang tahu cara membuat pakaian bisa dijadikan guru.

”Saya banyak belajar sejak lima tahun lalu saat sering keliling ke toko, pabrik, atau penjahit,” katanya. Ia juga banyak bertanya cara mengirim produk ke luar negeri. Proses ekspor dipelajari sendiri dengan bertanya ke agen-agen pengiriman paket.

Sejak 2007, Peter sudah sanggup membiayai pendidikan tiga adiknya. Seorang di antaranya sudah lulus dari perguruan tinggi dan bekerja. Peter bertekad mendorong dua adiknya yang lain untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana. Ia, bahkan, bisa membelikan mobil untuk orangtuanya dan merenovasi rumah mereka di Jalan Padasuka, Bandung.

”Kerja keras dan doa orangtua, kedua faktor itulah yang mendorong saya bisa sukses. Saya memang ingin membuat senang orangtua,” katanya. Jika dananya sudah mencukupi, ia ingin orangtuanya juga bisa menunaikan ibadah haji.

Meski kuliahnya tak rampung, Peter kini sering mengisi seminar-seminar di kampus. Ia ingin memberikan semangat kepada mereka yang berniat membuka usaha. ”Mau anak kuli, buruh, atau petani, kalau punya keinginan dan bekerja keras, pasti ada jalan seperti saya menjalankan usaha ini,” ujarnya.

Merek Petersaysdenim berasal dari Peter Says Sorry, nama kelompok musik. Posisi Peter dalam kelompok musik itu sebagai vokalis. ”Saya sebenarnya bingung mencari nama. Ya, sudah karena saya menjual produk denim, nama mereknya jadi Petersaysdenim,” ujarnya tertawa.

Peter memanfaatkan fungsi jejaring sosial di internet, seperti Facebook, Twitter, dan surat elektronik untuk promosi dan berkomunikasi dengan pengguna Petersaysdenim. ”Juli nanti saya rencana mau ke Kanada untuk bisnis. Teman-teman musisi di sana mau ketemu,” katanya.

Akan tetapi, ajakan bertemu itu baru dipenuhi jika urusan bisnis selesai. Ajakan itu juga bukan main-main karena Peter diperbolehkan ikut berkeliling tur dengan bus khusus mereka. Personel kelompok musik lainnya menuturkan, jika sempat berkunjung ke Indonesia ia sangat ingin bertemu Peter. Ia melebarkan sayap bisnis untuk memperlihatkan eksistensi Petersaysdenim terhadap konsumen asing.

”Pokoknya, saya mau ’menjajah’ negara-negara lain. Saya ingin tunjukkan bahwa Indonesia, khususnya Bandung, punya produk berkualitas,” ujarnya.


sumber : KOMPAS
»»  Baca Selengkapnya...

Sabtu, 13 Oktober 2012

Tampil Percaya Diri dengan Baju Keren


Tampil Percaya Diri dengan Baju Keren



Adakah hubungan
baju keren dengan kepercayaan diri? Jawabannya tentu saja ada. Bahkan, dapat dikatakan baju keren memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepercayaan diri seseorang. Masih belum sepenuhnya percaya? Tenang, artikel berikut mungkin akan membuka mata Anda yang mengaggap kepercayaan diri sama sekali tidak ada kaitannya dengan baju keren.

Tak dapat dipungkiri jika percaya diri atau pede memang satu hal yang memiliki pengaruh besar dalam pergaulan kita. Bukan hanya dalam pergaulan, rasa percaya diri yang tinggi ternyata mampu menunjang karier dan kisah percintaan seseorang.

Sayangnya, tidak semua orang memiliki tingkat percaya diri tinggi. Di satu sisi, ada beberapa orang yang minder atau merasa dirinya tidak lebih baik, tidak lebih cantik atau tampan, tidak lebih kaya, dan lebih pintar dari orang lain.

Perasaan minder membuat seseorang terbatas ruang pergaulannya. Orang seperti ini cenderung memilih untuk menutup diri dari orang lain sehingga ia lebih senang melakukan segala hal sendiri. Tingkat percaya diri seseorang dapat diukur atau disejajarkan dengan tingkat kemampuannya. Seseorang yang merasa mampu melakukan banyak hal akan memiliki percaya diri besar.

Baju Keren dan Kepercayaan Diri Tinggi

Percaya diri berbeda jenis dan kadarnya. Ada orang yang percaya diri dalam hal gaya dan penampilan sehingga dia bebas memakai baju keren bentuk apapun tanpa mempedulikan komentar orang. Selain itu, ada pula orang yang percaya diri dalam karier dan percintaan.

Rasa percaya diri muncul tidak terlepas dari faktor-faktor penunjangnya. Misalnya, seseorang percaya diri karena tampangnya, kepandaiannya, serta bakat lain yang dikuasainya. Salah satu penunjang percaya diri yang cukup berpengaruh adalah pakaian. Tingkat percaya diri seseorang akan bergantung pada apa yang dikenakannya.

Memakai baju keren akan membuat seseorang merasa layak tampil di hadapan umum sehingga mampu membangkitkan rasa percaya diri. Baju keren dengan sendirinya menciptakan perasaan yang ingin selalu diperhatikan orang lain. Dengan baju keren, seseorang selalu ingin mengekpose dirinya di depan publik.

Seperti Apa Sih Baju Keren Itu?


Seperti apa sih baju keren itu? Sebelum menjelaskannya, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu esensi dari kata ‘keren’ itu sendiri. Keren berarti tampak gagah dan tangkas. 


Gagah berarti pakaian yang dikenakan pantas dengan postur tubuh pemakainya sehingga membuatnya terlihat lebih gaya. Tangkas berarti pintar. Maksudnya, pakaian yang dikenakan tidak membuat pemakainya terlihat bodoh dan tidak pandai bergaul. Kuuleun dalam bahasa Sunda.

Dengan esensi keren seperti yang dijelaskan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang disebut baju keren adalah baju atau pakaian yang membuat pemakainya tampak gagah dan terlihat lebih gaya. Dengan kata lain, baju keren adalah baju yang mampu mendukung penampilan pemakainya.

Banyak cara yang dilakukan untuk menjadi keren. Pemilihan busana berpengaruh pada pencapaian satu kata keren. Karena manusia dalam hidupnya memiliki tingkat kepentingan yang tidak selalu sama, pemilihan pakaian harus disesuaikan dengan kepentingan. Jangan sampai, mau ke kantor memakai celana model Korea yang robek-robek meskipun itu baru!

Baju Keren Indentik dengan Branded?

Pernah mendengar istilah saltum atau salah kostum? Diupayakan kita jangan sampai mengalami hal tersebut. Untuk menghindari terjadinya saltum, sebelum menghadiri sebuah acara hendaklah kita mencari tahu konsep acaranya, siapa saja yang akan datang, tema acaranya santai atau formal, dan sebagainya.

Hal yang kemudian muncul adalah bagaimana keren itu didapat. Baju keren rata-rata mahal. Hanya orang-orang berduit yang bisa mengenakan baju keren. Eits, jangan salah! Siapa bilang baju keren itu mahal? Memang, baju keren adalah baju yang mampu mendukung penampilan pemakainya. Namun, kata keren tidak melulu bergantung pada pakaian yang dipakai. Tapi ingat,  keren tidak sama dengan branded, bukan?

Keren atau tidaknya sebuah pakaian bergantung pada kepandaian pemakainya dalam memadupadankan pakaian itu. Percuma mengenakan baju mahal jika pemakainya tidak pintar memadupadankan dengan aksesoris atau faktor pendukung lainnya. Sebaliknya baju yang tampak jadul akan berubah menjadi baju keren jika pemakainya pintar memadupadankan dengan busana dan aksesoris pendukung lainnya.

Yang paling penting dari semuanya adalah pemilihan pakaian sesuai konteks acara yang akan dihadiri pun ternyata memiliki pengaruh pada tingkat kekerenan itu sendiri. Contohnya, kemeja gombrong model 80-an milik ayah akan menjadi sebuah baju keren jika dipadankan dengan celana dan alas kaki yang pas.

Kemeja gombrong itu dapat menjelma menjadi baju keren dengan paduan jeans belel atau robek (boleh panjang atau pendek). Aksesoris pun berpengaruh pada keren tidaknya penampilan. Untuk padanan kemeja gombrong, jangan pilih aksesoris gelang atau kalung yang terlalu feminin karena akan mengurangi esensi keren itu sendiri.

Kenakanlah alas kaki yang sesuai, seperti sepatu converse. Sebagai pelengkap, gunakan topi dan biarkan rambut tergerai dengan sedikit berantakan, jika panjang. Kemeja yang tadinya terlihat biasa saja akan menjadi sebuah baju keren jika dipadankan dengan tepat dan dikenakan pada acara yang tidak formal. Gaya semacam ini cocok untuk santai, menonton konser, atau hang out bareng teman.


Simpulannya, keren bergantung pada kecerdikan kita memilih padanan tepat. Harga bukan ukuran. Dengan mengenakan baju keren ‘yang tidak selalu mahal itu’ akan meningkatkan rasa percaya diri kita.


Pakaian harus tepat pemilihannya. Jangan memakai sesuatu yang berlebihan.
Hindari aksesoris yang tidak perlu yang justru akan membuat pakaian itu berkurang kadar kerennya.Satu hal lagi, dengan mengenakan kostum yang tepat dan cocok, keren tidak harus dibeli karena akan datang dengan sendirinya. Percaya diri pun akan muncul ketika kita berbusana yang tepat.

Jika Baju Keren Harus Dibeli

Jika Anda merasa tidak memiliki baju keren sama sekali, tidak ada salahnya mengeluarkan sedikit uang untuk menunjang penampilan. Biasanya seseorang yang ingin tampil keren tidak akan terlalu perhitungan dengan uang yang harus dibelanjakan asalkan semua mampu menunjang penampilan.

Jangan sekali-kali mengenakan apa yang Anda miliki tanpa menanyakan terlebih dahulu pada diri sendiri. Mengapa? Karena kenyamanan atas apa yang kita kenakan pertama-tama akan dirasakan oleh diri sendiri. Percuma dikatakan tampil keren oleh orang lain jika baju keren yang dikenakan sama sekali tidak mendatangkan kenyamanan pada diri kita yang memakainya.

Untuk itu, belilah beberapa baju keren yang jika dikenakan akan memberikan rasa nyaman pada diri kita sekaligus memberikan dukungan pada penampilan kita. Yang perlu diingat saat membeli baju keren tentunya bukan seberapa mahal harga baju keren tersebut, melainkan seberapa pantas baju keren tersebut jika kita kenakan.

Daripada membeli baju keren yang mahal, alangkah lebih berguna jika sisa uang yang kita punya dibelikan aksesoris atau busana pendukung baju keren kita, bukan? Dengan demikian, penampilan kita dengan baju keren tersebut ditambah dukungan yang pas dari busana dan aksesoris lainnya akan menghadirkan rasa kepercayaan diri yang tinggi.
Selamat berkreasi dengan baju keren yang Anda miliki, dan bersiaplah tampil dengan percaya diri. Semoga bermanfaat!
»»  Baca Selengkapnya...

Kaos couple


Kaos Couple, Ekspresi Cinta yang Unik



Pasangan yang tengah dimabuk cinta memang memiliki cara sendiri untuk mengekspresikannya. Ekspresi yang tampak kadang berlebihan dan unik. Ya. Apapun cara seseorang untuk mengekspresikan cinta pada pasangan wajar-wajar saja. Misalnya, membuat tato dengan nama pasangan atau membuat kaos couple jika ingin terlihat lebih kompak.

Tren atau Kebutuhan?

Kaos copule memang menjadi fenomena yang cukup baru dan sangat diminati dalam dunia percintaan. Dengan mengenakan kaos couple, pasangan yang tengah menjalin cinta akan merasa lebih kompak. Setidaknya, mereka akan tampak serasi jika mengenakan kaos yang didesain berpasangan itu.

Serasi memang. Cocok? Belum tentu. Ya. Tidak semua orang cocok mengenakan busana dengan warna dan gambar tertentu. Meskipun banyak pilihan kaos couple atau kaos pasangan, tidak jarang pasangan yang justru tampak memaksakan diri mengenakannya, terutama sang pria. Mereka seolah hanya tidak ingin ketinggalan tren fesyen tanpa peduli kenyamanan.

Biasanya, yang memilihkan kaos pasangan adalah wanita sehingga si pria hanya terima pakai. Oleh sebab itu, pria kadang merasa tidak nyaman mengenakan kaos pasangan ini. Ya. Bagaimanapun, wanita akan lebih menonjolkan pilihan berdasarkan seleranya. Jadi, pria harus menerima apapun pilihan wanita daripada dibilang tidak cinta dan tidak menghargai.

Ingin Dunia Tahu

Meskipun kadang tampak dipaksakan, mengenakan kaos couple memiliki dampak positif. Dengan mengenakan kaos pasangan, seseorang seolah ingin mengabarkan pada dunia bahwa inilah pacar gue, suami gue, atau istri gue. Dengan demikian, individu yang terlibat di dalamnya akan merasakan sebuah kebanggaan karena keberadaannya merasa diakui.

Soul Mate and Lo Ve




Banyak sekali variasi desain kaos couple. Ada yang berisi gambar maupun tulisan. Gambarnya pun sangat beragam, misalnya tokoh kartun cewek cowok, ikon hotspot, dan gambar hati setengah. Tulisannya pun tidak kalah beragam, misalnya Him Forever dan Her Forever, She’s My Girl dan He’s My Boy, I Love My Eve dan I Love My Adam, Mr. Smith dan Mrs. Smith, dan sebagainya.

Dari beberapa desain gambar dan tulisan tersebut, ada dua model tulisan yang cukup mencolok dan terbilang mendominasi, yaitu Soul dan Mate serta Lo dan Ve. Sungguh tersirat makna cukup dalam pada tulisan itu. Ya. Filosofi yang menggambarkan bahwa salah satu orang tidak dapat hidup tanpa pasangannya. Tidak ada belahan jiwa tanpa soul dan mate. Tidak ada pula cinta tanpa lo dan ve.

Apapun makna dan latar belakang fenomena pemakaian kaos couple, nyatanya hal ini memberikan sebuah penyegaran dan warna baru bagi hubungan percintaan. Sebuah ekspresi cinta yang terbilang unik. 
»»  Baca Selengkapnya...

Jumat, 12 Oktober 2012

Distro Bandung

daftar alamat distro distro di bandung yang menjual kaos keren keren


ini dia 100% indonesia store mempersembahkan daftar alamat distro di bandung bagi yang sedang liburan ke bandung.



Brand Rvltn
Jl. Pelindung Hewan 15 Lt. III Bandung
(+62-22) 70780845

Boardmaker
Jl. Merdeka 68 Bandung
(+62-22) 4221124

Mugabe
Jl. Jatiwangi Raya 11 Antapani Bandung
(+62-22) 70374254

Airplane System
Jl. Aceh 44 Bandung
(+62-22) 4210092

ARENA STORE
Jl.Dago NO 207,Bandung
(022) 2506444

Metamorf
Jl. Riau 106 Bandung
(+62-22) 70718695

Romantic Silver
Jl. Trunojoyo 23 Bandung
(+62-22) 4221124

Black ID
Jl. Belitung 3 Bandung
Jl. Buah Batu No. 269, Bandung
Jl. Cigurian No. 7 (near Mc Donalds King Plaza II Kepatihan)
Jl. Riau No. 18, Bandung
(+62-22) 4262898

BADGER INV
Jl. Mutiara IV No. 16 Buahbatu Bandung
(022) 70771361

BLAZE DISTRO
jln. Aceh no. 40 Bandung
jln. Tirtayasa no.6 Bandung
(022) 91687739

GEE EIGHT
Jl. Progo No. 3 Bandung
(022) 4267686

Marrmello
Jl. Buah Batu 62 Bandung
(+62-22) 70372226

Caboo
Jl. Sultan Agung 3 Bandung
(+62-22) 91511039

CELTIC
Jl. Setiabudhi No. 56 Bandung
(022) 2038668

COSMIC
Jl. Aceh No.105 Bandung
(022) 4237458

DISTRO HOUSE (Mode Plus)
Jln. Setiabudhi 41f Lt. Bandung.
081802255775

Firebolt (Frblt)
Cihampelas Walk, Young Street SG-28 Bandung
(+62-22) 2061136

Invictus
Jl. Pager Gunung 13 Bandung
(022) 2504407

jl. trunojoyo no. 6 bandung
(022) 4220376

Dobujack Invasion
Jl. Plered 2/19 Antapani Bandung
(+62-22) 7206790

Silverside 686
komp. Pasir Pogor Indah
Jl. Pasir Suci Barat 16 Ciwastra Buah Batu Bandung
(022) 7566874

Terrgee
Jl. Sari Asih II/2 Bandung
(022) 2020535

NLS
Jl. Trunojoyo 8 Bandung
(+62-22) 4204455

Evil Army
Jl. Sultan Agung 5 Bandung
(022) 4265106

Feeble
Komp. Ujung Berung Indah 10 Bandung
(022) 7807164

Rawks
Jl. Banda 23 Bandung
(022) 91592477

Black Jack
Jl. Trunojoyo 19 Bandung
(022) 70741121

Mozie Framework
Jl. Bola Keranjang 8 Arcamanik Bandung
(022) 70025201

Flashy
Jl. Dipatiukur 1 Bandung
(022) 2508393

Horny
Jl. Cibeunying Kolot 84 Cigadung Selatan Bandung
(022) 2517258

Monster Industries
Jl. Bukit Dago Selatan 11 Bandung
(022) 70032005

Anti Beauty
Jl. Trunojoyo 6 Bandung
Jl. Mutiara IV No. 16 Buahbatu Bandung
(022) 4268109

INFAMOUS
Jl. Aceh No. 105 Bandung
(022) 4237458

Screamous
Jl. Trunojoyo 23 Bandung
(022) 91124948

Oro
Jl. Trunojoyo 23 Bandung
(022) 70156365

Flames & The Love Conspiracy Inc.
Jl. Cidurian Utara 203 Bandung
(022) 7316184

Dloops
Jl. Riau 110 pav , Bandung Contact : 022 4261642
Jl. Geusanulun, No. 1 Sultan Agung, Bandung Contact : 022 4206480
Office : Jl. H. Mesri No. 54A/6B, Bandung Contact : 022 70840311

FIREBOLT
Jl. Prabudimuntur No. 4 Dago, Bandung
Cihampelas Walk , Young Street SG-28, Bandung
www.frblt.com
(022) 2061136

MIGHTY INDUSTRIES
18th Park
Jl. Riau 18 Bandung

The Saint Devil
Jln. Setiabudhi No.41f Bandung (DISTRO HOUSE)
081802255775 & (022) 92176667

MORUKA
Jl. Merak No.4 Bandung
(022) 91888538

OINK THE PIGGEST COMPANY
Jl. Banda No. 23, Bandung
(022) 2515890

ORDER CLOTHING
Jl. Wartawan II No. 4 Bandung
(022) 7321712

MONIK
Jl. Setiabudhi No. 56 Bandung 40141
(022) 2038668

NO LABEL STUFF
Jl. Trunojoyo No. 8, Bandung
(022) 4204455

STRUGGLE
Jl. Kotabaru Raya No. 34 Bandung
022 5229990

STAR SEEKER
Jl. Nilem II, No. 6 Buah Batu, Bandung
022 7306525 , 08122055626 , 022 91196626

TWOCLOTHES SHOPHOUSE
Jl.Veteran No 2 Bandung
40112
(022)4234398

WADEZIG!
Jl. Hassanudin No. 10 Bandung
(022) 2506145

Disconnect
Jln. Buah Batu No.205 Bandung

JEJAK SHOP
Jl. Dipatiukur No. 66 F Bandung
(022) 2503754

Wake Clothes
Jl. Sunda 93A Bandung
(+62-22) 4213794

Jail Body Inside
Jl. Batununggal Indah Raya I/10 Bandung
(+62-22) 7502019

ThunderStar
Jl. Permata Kopo A62 Bandung
(+62-22) 5411733

Diery
Jl. Trunojoyo 23 Bandung
(+62-22) 4221124

Suantex
Jl. Dulatip 68B Bandung
(+62-22) 70720370

Post Clothing Co.
Jl. Dipatiukur 43 Bandung
(+62-22) 70742896

Ouval Research
Jl. Buah Batu No.64 Bandung
Jl. Sultan Agung no 13 Bandung
(+62-22) 7306697

Neps
18th Park Jl. Riau 18 Bandung
(+62-22) 70653323

Sins
Jl. Merak 4 Bandung
(+62-22) 91896777

EAT 347
Jl. Trunojoyo 4 Bandung
(+62-22) 4200515

Eatshop
Jl. Buah Batu 159 Bandung
(+62-22) 70034736

Flashjack
Jl. Sukarajin II Gg. Sastrodiharjo VI 1 Bandung
(+62-22) 7274419

Blankwear
Jl. Trunojoyo 23 Bandung
(+62-22) 70157540


Insider Trush
Jl Pungkur 59 Bandung
(022) 4239012 – 70802445

Little Sweet
Jl. Dr. Setiabudi 135 Bandung

»»  Baca Selengkapnya...

Tokoh dan Inspirasi

Cerita Dibalik Brand "Woles" dan "Yeah Right"
Cerita dibalik  brand WOLES dan YeahRight


Dewasa ini, merk clothing line sudah sangat beraneka ragam. Dari busana seperti kemeja, kaos, celana, sepatu, hingga aksesoris. Merk-merk tersebut menghiasi penampilan anak-anak muda. Ada yang sudah ada sejak lama dan ada pula yang baru saja merintis. Untuk yang baru ini ada sebuah merk bernama “WOLES”, sebuah clothing line unik namun sederhana yang mampu menarik banyak konsumen untuk memakainya.

Sebenarnya apa arti dari WOLES? Mengapa merk tersebut begitu digemari? Ada kisah menarik dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kali ini OktoMagazine berkesempatan untuk bertemu dan mewawancarai sang pemilik merk di kediaman sekaligus kantornya di daerah fatmawati.
Agit, begitu ia disapa, berbagi cerita mengenai latar belakang bagaimana akhirnya ia mampu menciptakan ide brilian dan mewujudkan impiannya ini.

Di umur yang masih cukup muda, yaitu di usianya yang ke-18, Agit harus menerima kenyataan pahit. Saat itu, sang ibu telah meninggalkannya untuk selamanya. 40 hari kemudian, sang Ayah menyusul ke pangkuan sang khalik. Ia beserta beberapa kakaknya, berjuang untuk meneruskan hidup tanpa orang tua. Setelah lulus SMA, Agit pun tidak melanjutkan kuliah karena tidak ada biaya, ia lalu bekerja di salah satu distro di kawasan Kebayoran Baru sebagai shop keeper.

Karena kemauan kerja dan belajarnya yang kuat, beberapa bulan kemudian ia diangkat menjadi store manager yang merangkap sebagai marketing promo dan beberapa bidang lainnya. Hingga beberapa tahun berjalan, ia pun menjadi orang yang berpengaruh dalam perkembangan distro tersebut.

Di kala bekerja, ia mempunyai keinginan untuk memiliki merk clothing line sendiri. Namun karena keterbatasan modal, dengan uang yang ada ia memiliki ide untuk membuat stiker. Merk pertama yang ia punya adalah “Yeah Right”, sekitar dua tahun yang lalu. Produk pertamanya juga masih sebatas stiker, ia belum memproduksi pakaian apapun.

Setelah itu barulah ia mencoba untuk mendesign sendiri kaos ciptaannya dengan menyelipkan sebuah stiker dengan gambar baby octo, sebuah gambar gurita lucu berwarna ungu. Gambar gurita dengan empat buah tangan tersebut terinspirasi dari sang Ibu yang memiliki empat orang anak dan berjuang untuk membahagiakan hidup mereka.

Ternyata Yeah Right mendapat banyak apresiasi dari banyak pihak. Desainnya yang lucu ternyata sangat disukai hingga saat ini. Merk ini banyak dipakai oleh para musisi dan public figure lainnya. Perjuangan anak muda ini pun bisa dikatakan berhasil. Namun, ia tidak berhenti berinovasi sampai di situ saja. Setahun kemudian ia membuat merk selanjutnya bernama WOLES.

Latar belakang terciptanya WOLES pun cukup menarik. Itu bermula pada saat ia memperhatikan tweet orang-orang yang ia follow di jejaring media sosial, Twitter. Setiap status teman yang mengeluh tentang macetnya Jakarta atau status lain yang menyuarakan keresahan, Agit selalu merespon dengan kata “woles” yang berarti santai. Hal tersebut berlangsung hingga beberapa waktu.

Selanjutnya, pria bernama lengkap Agtya Priyadi ini pun memiliki ide untuk membuat sebuah gimmick baru mengenai hal-hal yang berhubungan dengan woles. Ia lalu membuat stiker sederhana bertuliskan “woles” yang ditempelkan di cover handphone teman-temannya.

Setelah itu, ia bahkan menempelkannya di tempat-tempat umum dan juga memposting gambar tersebut di Twitter. Lalu ia mencoba untuk membuat sebuah kaos sederhana dengan tulisan “woles”.

Ternyata respon yang diterima jauh melebihi ekspektasinya. Banyak orang yang menyukainya bahkan pemesanannya lebih luar biasa daripada Yeah Right sendiri.

Hingga di awal tahun 2012 ini, omzet penjualan dari kedua merknya tersebut ternyata sudah menembus puluhan juta rupiah per bulan. Saat ditanyakan mengenai perbedaan dari Woles dan Yeah Right, Agit pun mengatakan, “Yeah Right itu lebih ke gambar-gambar yang lucu, karena image dari baby octo-nya pun lucu,” jelas Agit kepada Oktomagazine. “Kalo Woles lebih ke street market, dengan desain yang simple dan plesetan-plesetan dari beberapa merk yang kita kembangin.”

“Bedanya merk-merk saya dengan yang lain adalah dari konsepnya, nggak hanya sekedar produksi semata,” Lanjutnya menjelaskan produk-produknya. “Konsep dari setiap produk yang akan dibuat itu benar-benar dipikirkan.”

Agit menyebut sang kakak, gitaris dari sebuah band bernama Pee Wee Gaskins, Ayi Mahardika, sebagai salah satu orang yang berpengaruh dalam hidupnya. Agit mengatakan bahwa sang kakak adalah salah satu pendukung terbesarnya bersama dengan sang almarhumah Ibu dan beberapa orang lainnya. Kepergian kedua orang tuanya diakui sebagai jalan dari Tuhan.

“Sewaktu bekerja di distro saya pun berpikir, kepergian orang tua pasti ada hikmahnya,” ungkap Agit. “Saya selalu ingat kata-kata Ibu, itu yang membuat saya bisa bangkit dan termotivasi. Semua yang saya lakukan akhirnya ke arah yang positif, dan saya tidak terjerumus ke penyalahgunaan drugs.”

Target selanjutnya Agit berencana untuk membuat beberapa gimmick baru, unik tentunya, untuk memasarkan produk-produk terbarunya. Dalam jangka dekat ini, ia berencana untuk membuat acara. Sebuah konsep bernama “Yeah Right Cares”, yang dimaksudkan adalah dengan desain kaos yang ia buat lalu ia jual, dan hasil keuntungannya tersebut disumbangkan kepada yatim piatu.

Ia berencana menggabungkan konsep Yeah Right Cares tersebut dengan konsep Brand of Brothers, sebuah gimmick baru penggabungan antara Yeah Right, Woles, dan merkclothing line milik Ayi, The Dirty Harry.

Sosok pemuda bersahaja yang penuh semangat ini sekiranya mampu untuk menginspirasi banyak orang, terutama anak muda.















»»  Baca Selengkapnya...